
Kulit halus sang bayi, kencangnya remaja, dan keriputnya ketika renta. Ini semua proses hidup, masalah bahagia, senyum tawa tangis ini semua warna dalam dunia. Terkadang aku bisa memahami ini tapi kadang juga mungkin bisa kalap, bisa tidak menerima. Ibu, kini aku sangat mengkhawatirkanmu. Dulu kau tak begitu, namun kini.....aku tak tega, air mata ini selalu terjatuh ketika kuharus mengingat itu semua. Ini baru pertama ku lihat, kurasa sehingga hati dan mulutku bisa menangis secara bersamaan dengan lumpahan berontak jiwa untuk memahami ini semua. Kini kau telah jauh berbeda, akankah semua akan kembali seperti dulu kala. Sungguh aku sangat merindukan masa masa keluargaku yang masih utuh ngumpul di watubarut, walau dulu kita sangat serba pas pas an, tapi ternyata itu semua lebih dari cukup bila harus dibandingkan dengan keadaan yang sekarang. Aku paling merindukan saat masa puasa ramadhan, kalu ku berumuran 11 tahun an. Kita masih ngumpul, bercanda bareng buka bersama, ya allah aku sangat kangen dengan keadaan itu. Kini...sudah 2 tahun aku merantau di jakarta, mba puji tinggal di temanggung bareng suami, mas sugeng juga udah nikah, mba atun...bla bla bla semua udah gak seperti yang dulu. Bukan berati ku terpaku dengan masa lalu, tapi sungguh keadaan keluarga ini sudah sangat tragis. Nyaris tak ber ruh, harmonispun tidak. Semua terpisah jarak dan waktu teknologi tak lagi cukup untuk mensiasati, belum cukup. Batin ku terasa penuh dengan segala penatnya hidup. Ibu, aku ingin berlutut di hadapmu seraya mengagungkan Allah SWT, beserta menyerukan semangat hidup. Ibu, aku minta maaf atas semua dosa yang telah kubuat. Ya allah, bimbinglah aku agar tetap di jalanMu. Aku sayang ibu dan keluarga, lindungilah mereka...Terlepas dari itu semua aku ingin hidupku ini berguna buat semua, keluarga dan sahabat serta masa depanku sendiri, amin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar